Ticker

6/recent/ticker-posts

Wahai Fans JKT48, Tidak Semua Hal Harus Dishare!

 

BUAT LO YANG NGAKU FANS JKT48: GAK SEMUA HAL HARUS DISHARE!

Pertanyaan awalnya sederhana. 
Sebagai fans, lo maunya idol lo dikenal karena prestasinya, atau karena drama yang lo sendiri ikut nyebarin?
media sosial.
Validasi jadi candu. Likes dan views jadi ukuran keberhasilan.
Dan parahnya, kadang kita ngelakuin itu sambil bawa nama fandom ini.

Kita hidup di era di mana “gue punya info” itu udah cukup jadi alasan buat “gue harus posting.”

Gue gak ngatur orang buat share sesuatu apabila itu jadi kebahagiannya. 
Tapi ada yang namanya filter. Dan ini lima contoh yang nunjukin gimana dampaknya kalau lo posting sesuatu tanpa dipikir lagi:


1. Insiden Rasis di Teater (2017)

Syafira Oktaviani dari gen 3 di suatu show theater, nyerempet candaan rasis, tapi, malah diserbarin  potongan videonya.
Kejadian itu salah. Gak perlu dibela.
Tapi mari kita bedain: ada internal evaluation, ada public crucifixion.
Dan saat video itu dilempar ke publik tanpa konteks, yang terjadi bukan perbaikan, tapi bisa berpotensi menimbulkan konflik luas.

Satu kesalahan individu akhirnya nyeret image seluruh grup.
Dan yang nyebarin, bukan haters. Tapi fans sendiri.


2. Viralnya Member Baru di Meet and Greet Event

Waktu pengumuman Gen baru di acara MnG, ada satu member yang masih muda akhirnya viral.
Mungkin awalnya, si perekam hanya sekedar posting, nunjukin ke fans lain tentang suasana acara itu. 
Tapi di luar fandom? Reaksinya beda.
“Eksploitasi.”
“Ini anak kecil ngapain ikut begini?”
Dan semua berawal dari fans yang iseng upload.

Mungkin lo mikir “ini momen sayang kalo gak dishare.”
Tapi publik gak punya frame of reference yang sama kayak lo.
Yang lo anggap wajar, bisa kelihatan janggal buat orang luar.
Dan begitu viral, narasi gak lagi lo pegang.


3. Fun Facts yang Gak Fun Buat Semua Orang

Beberapa akun fandom terlalu semangat nyari fakta-fakta kecil soal member.
Misalnya: “Ternyata dia masih sekolah loh.”
Lalu dibalut dengan stiker gemes dan emotikon lope lope.
Masalahnya, informasi kayak gini bisa jadi bahan framing.

Fans mungkin liat itu sebagai daya tarik.
Tapi di mata masyarakat umum, itu bisa ditafsirkan sebagai potensi eksploitasi.
Apalagi kalau dikemas gak hati-hati.


4. Insiden Pelecehan di Mall Solo (2022)

Kejadian ini bisa dibilang cukup menyakitkan.
Member nyaris dilecehkan waktu tur luar kota oleh stranger.
Tapi alih-alih jadi gerakan pelindung, video kejadian malah disebar luas.
Gak pake sensor, pula.

Akhirnya viral. Dan siapa yang disalahkan?
JKT48.
Manajemen.
Event organizer.
Padahal, yang niatnya “mau bantu ngasih bukti,” malah bikin masalah makin lebar.

JKT48 masuk berita, videonya banyak diposting ulang, fans minta takedown. 


5. Konten Perbandingan Fisik Member

Ini konten paling toksik dan destruktif.
Dan yang nyebarin? Lagi-lagi: fans.

“Member tercantik versi gue.”
“Ini member yang menurut gue paling gak cakep.”
Diikuti dengan komentar random netizen yang ikutan ngasih rating.
Apa lo pikir ini harmless?

Fakta: ada member yang sampe nangis, karena ngeliat namanya ada di urutan terbawah.
Fakta lain: ada member yang harus speech di teater, karena dicap “jelek”.
Dan semua itu bukan dibuat oleh haters. Tapi fans JKT sendiri.


Kesimpulan: Lo Gak Dilarang Apa Yang Mau Lo Share. Tapi Minimal Dipikir Dulu, Layak Ga?

Setiap postingan yang lo buat, 
apalagi kalo bawa-bawa fandom, maka dampaknya nyeret semuanya. Termasuk idol lo.

Kalau lo mau idol lo dihargai, lo juga harus mulai dari menghargai ruang dan martabat mereka.
Jangan semua hal lo umbar. Jangan semua info lo ekspos.
Dan sebelum posting, tanya satu hal sederhana:
“Kalau ini jadi viral, siapa yang akan kena imbasnya?”

© 2025 by Agi Dione | All rights reserved.