Favoritisme Member oleh JOT: Salah Siapa, Sih?
Kalau kita ngomongin soal JKT48, satu topik yang hampir selalu muncul dan jadi bahan obrolan di fandom ini adalah favoritisme. Dari senbatsu, photoshoot, iklan, sampai konten lainnya, muncul lagi dan lagi wajah yang itu-itu aja. Banyak yang frustrasi, terutama fans dari member yang dianggap underrated. Komentarnya pun udah familiar:
“Kenapa yang berbakat nggak pernah dikasih kesempatan?”
“Kenapa harus yang cantik terus?”
“Padahal dia punya banyak potensi, lho!”
Tapi di titik ini, gue ajak lo semua untuk berhenti sebentar dan nanya satu hal sederhana:
“Emang ini salahnya JOT doang?”
1. Realita Pasar, Bukan Cuma Preferensi Manajemen
Pertama, kita mesti lihat kenyataan: JKT48 itu bukan sekadar idol group, dia juga bagian dari industri hiburan. Industri yang hidup dari demand, dari respons pasar. Jadi ketika JOT “memilih” member tertentu untuk tampil di project, mereka nggak ngasal.
Mereka ngelihat data: siapa yang engagement-nya tinggi, siapa yang follower-nya naik terus, siapa yang tiap kali muncul di konten YouTube, view-nya langsung ngangkat.
Dan coba jujur, member kayak gitu biasanya siapa?
Ya, lagi-lagi yang secara visual lebih “menjual”. Yang kalau di-endorse, kemungkinan brand-nya bakal dapet exposure lebih gede. Itu fakta. Dan brand pun pengennya begitu. Mereka ngasih brief, bukan JOT yang milih semau hati. Jadi kalau kita ngomongin “favoritisme”, harus dilihat: ini favorit dari siapa dulu? JOT? Fans? Atau pasar?
2. Visual Itu Seakan Fans Ikut Nentuin
Kedua, kita harus sadar: sistem idol itu dua arah. Gak bisa semua disalahin ke atas.
Karena setiap kali ada voting Senbatsu Sousenkyo, yang naik? Member yang udah populer. Yang fotonya paling sering dishare. Yang fancam-nya rame. Yang fans-nya loyal dan aktif ngangkat namanya, meskipun ga mutlak karena ada member underated yang berhasil naik, tapi secara garis besar ya ttp aja gitu.
Dan... mayoritas fans masih ngejar visual juga. Kita nuntut “yang berbakat dikasih panggung”, tapi saat dikasih pilihan buat voting, kita balik lagi ke yang “menawan” secara fisik.
Sadar atau nggak, kita ikut ngelanggengkan sistem ini. Jadi, bukan JOT aja yang “milih”, tapi fans juga punya andil besar dalam nentuin.
3. Kalau Mau Adil, Kita Juga Harus Berubah
Tentu ini bisa jadi ruang refleksi.
Kalau kita beneran pengen sistem yang lebih adil, spotlight yang lebih merata, exposure yang juga dinikmati sama member yang punya skill, kerja keras, dan attitude yang baik, kita juga harus mulai dari bawah.
Mulai dari pola dukungan, dari siapa yang kita angkat di timeline, dari siapa yang kita dorong saat ada kesempatan.
Karena spotlight itu emang harus diperjuangkan. Tapi perjuangannya bukan cuma dari member. Fans juga punya peran besar dalam ngebentuk siapa yang layak dilihat.
Jadi... favoritisme itu salah siapa?
Dan kita semua, tanpa sadar, ikut ambil bagian di dalamnya.
"Selalu hanya gadis cantik saja yang dipilih menjadi nomor satu..."
Yes. Tapi kalau kita mau mengubah narasi itu, harus dimulai dari kita juga.
Social Plugin