Evolusi JKT48 dari Old Era ke New Era
Sebagai fans yang udah ngikutin JKT48 dari dulu, gue ngerasa penting banget buat ngebahas gimana perubahan dari Old Era ke New Era ngebentuk wajah grup ini sekarang.
Bukan cuma soal nostalgia, tapi lebih ke ngajak kita semua buat paham dinamika fandom dan peran manajemen dalam nentuin arah perjalanan JKT48.
Di sini, gue bakal ngebreakdown jadi dua sisi: kelebihan dan kekurangan—berdasarkan pengalaman pribadi plus pengamatan yang gue usahain seobjektif mungkin.
JKT48 OLD ERA
PLUSNYA:
1. Fans OFC = privilege!
Salah satu hal paling keren di Old Era adalah sistem MVP (Most Valuable Participant). Lo bisa dapet gelar ini kalau udah nonton minimal 100 kali show teater.
Reward-nya? Kaos eksklusif bertanda tangan member + group shoot bareng mereka pas hari lo klaim MVP.
Gila sih, itu level prestige yang susah ditandingi era sekarang!
2. Banyak Event Khas Idol
Jaman Old Era, event khas ala idol Jepang tuh rutin banget digelar. Mulai dari Senbatsu Sousenkyo, Request Hour, Janken Tournament, Handshake Festival, sampe Direct Selling—semua ada!
Sekarang? Banyak yang udah jadi kenangan manis doang… padahal event-event itu yang bikin vibes idol-nya kerasa banget.
3. Show Teater Ekslusif
Di Old Era, nonton teater itu bener-bener eksklusif karena belum ada streaming. Jadi yang bisa nikmatin show cuma fans yang dateng langsung ke teater.
Rasanya? Kayak jadi bagian dari inner circle—ada rasa bangga tersendiri karena lo ngalamin langsung atmosfernya, bukan cuma nonton lewat layar.
4. Persaingan antar member lebih ketat.
Di Old Era, sistemnya bener-bener nuntut kerja keras dari para member.
Mereka harus effort sendiri buat dapetin spotlight—entah itu lewat hasil Sousenkyo, perform di teater, atau interaksi sama fans.
Hasilnya? Persaingan antar member jadi lebih nyata dan kelihatan jelas siapa yang lagi naik daun.
5. Tiket Murah, Akses Mudah
Waktu itu, harga tiket teater masih terjangkau banget, bahkan ada opsi khusus pelajar.
Hal ini bikin banyak fans muda bisa datang langsung ke teater dan support oshi-nya tanpa harus mikir dua kali soal budget.
Akses yang gampang + harga ramah dompet.
MINUSNYA:
1. Member “Tenggelam” = No Hope
Di Old Era, banyak member underrated yang kayak nasibnya udah “dikunci.”
Mereka stuck bertahun-tahun tanpa kesempatan—gak dapet push, jarang masuk senbatsu, bahkan spotlight.
Miris sih, padahal ada yang sebenernya punya potensi besar tapi gak pernah dikasih panggung.
2. Audisi = Karakter > Skill
Di masa Old Era, proses audisi lebih ngehargain karakter daripada skill.
Tujuannya emang buat nyari member yang “bisa berkembang,” tapi efek sampingnya—stigma “JKT48 gak bisa nyanyi” jadi melekat kuat di publik.
Sampai sekarang pun, image itu masih suka kebawa, padahal udah banyak improvement.
3. Minim Exposure di Luar Fandom
Seiring waktu, khususnya mulai 2015 ke atas, JKT48 jadi makin tertutup dari publik awam.
Kalau di era awal mereka sering tampil di TV dan media mainstream, lama-lama exposure itu makin minim.
Akhirnya banyak orang mikir “JKT48 udah bubar,” padahal masih aktif.
Fandom pun jadi susah berkembang karena gak banyak pintu masuk buat fans baru—terlalu eksklusif.
4. Sistem Tim = Perpecahan di Kalangan Fans
Sistem team (J, K3, T) emang bikin warna di JKT48, tapi di sisi lain juga bikin fanbase terpecah.
Banyak fans jadi terlalu fanatik ke tim tertentu, sampai-sampai beda dukungan bisa berujung ribut—bahkan nyerang member dari tim lain.
Ujung-ujungnya, atmosfer fandom jadi gak sehat… udah masuk ranah toxic.
JKT48 NEW ERA
PLUSNYA:
1. Spotlight Lebih Merata
Di New Era, kesempatan gak cuma buat yang populer aja.
Member underrated bahkan trainee sekarang bisa dapet exposure—mulai dari tampil di TV, iklan, SPV, sampe event off-air.
Sistemnya jauh lebih terbuka, jadi siapa pun bisa bersinar kalau punya potensi dan kerja keras.
2. Exposure lebih luas.
Sekarang JKT48 lebih sering muncul di TV, podcast, dan event off-air, yang bikin masyarakat umum jadi sadar kalau mereka masih aktif.
Ditambah lagi, clipper-clipper di sosmed juga aktif banget, bantu sebarin momen-momen lucu, keren, atau viral dari member.
Efeknya? Nama JKT48 makin naik dan gak cuma dikenal di kalangan fans doang.
3. Audisi lebih berbasis skill.
Di New Era, proses audisi lebih fokus ke kemampuan, khususnya nyanyi atau dance—minimal punya salah satu dari dua itu.
Perubahan ini mulai kelihatan jelas sejak generasi 11 ke atas.
4. Streaming teater available.
Sekarang teater bisa ditonton secara live lewat streaming, jadi fans dari mana pun bisa nikmatin show tanpa harus ke venue.
Meskipun vibe-nya beda sama nonton langsung, streaming ini tetap ngebantu fans buat ngikutin perkembangan oshimen-nya secara rutin.
Lebih inklusif dan accessible, apalagi buat fans luar kota atau luar negeri.
5.Sering Kolaborasi
Di New Era, JKT48 makin sering kolaborasi bareng musisi, podcaster, influencer, sampai konten kreator.
Yang keren, kolaborasi ini gak cuma melibatkan member populer, tapi juga kasih panggung buat member lain yang mungkin belum terlalu dikenal.
Jadi kesempatan makin terbuka lebar buat semua.
MINUSNYA:
1. Benefit OFC Makin Kurang Greget
Banyak fans OFC (Official Fan Club) yang ngerasa udah invest waktu dan uang, tapi benefit-nya gak sebanding.
Eksklusivitas yang dulu jadi daya tarik utama makin lama makin hilang, bikin sebagian fans ngerasa kayak “ngapain masih langganan?”
2. Verifikasi Teater Makin Sulit.
Sekarang buat lolos verif nonton teater tuh makin susah.
Kapasitas venue lebih kecil, standing area juga dipangkas karena kepake buat kru streaming, plus jumlah fans baru terus bertambah.
Alhasil, makin banyak yang gigit jari tiap kali pengumuman verif keluar.
3. FOMO yang Ngeri-ngeri Sedap.
New Era yang lebih terbuka dan viral bawa sisi positif, tapi juga munculin efek samping: budaya FOMO & overhype dari sebagian fans baru.
Karena masih belum paham kultur fandom, beberapa dari mereka melewati batas—dari nungguin member di lift, sampe nyentuh ranah privasi.
Ini jelas udah gak sehat. Kita sebagai fans juga harus makin bijak dan sadar batasan.
4. Tiket makin mahal.
Kenaikan harga tiket teater emang mungkin wajar karena alasan operasional.
Tapi tetep aja, harus ada solusi biar fans loyal gak merasa dijauhkan dari teater—yang notabene adalah jantungnya JKT48.
Apresiasi fans seharusnya gak cuma dilihat dari seberapa tebal dompet, tapi dari konsistensi dan dukungan mereka dari dulu.
5. Identitas Idol yang Mulai Samar.
Karena minimnya event khas idol kayak SSK, RH, handshake, dan semacamnya, arah JKT48 sekarang makin mirip grup pop biasa.
Padahal, yang bikin idol beda itu justru hubungan unik sama fans dan tradisi khas yang ngebentuk kultur fandom-nya.
Kalau itu terus dikurangi, bisa-bisa jiwa “idol-nya” makin luntur.
Kesimpulan:
Setiap era punya ciri khas dan kelebihannya masing-masing.
Old Era kuat di sisi eksklusivitas dan nuansa idol yang kental,
sementara New Era lebih terbuka, inklusif, dan adaptif sama zaman.
Idealnya? Gabungkan yang terbaik dari dua versi ini.
Contohnya:
Audisi tetap utamain bakat dan potensi, bukan cuma karakter.
Semua member, termasuk yang underrated, dikasih ruang buat bersinar.
Live streaming tetap jalan buat jangkau fans yang gak bisa datang langsung.
Dan yang paling penting, event-event legendaris khas idol harus dibangkitkan lagi.
Itu versi gue.
Kalau menurut lo gimana, guys? Setuju, atau punya pandangan lain?
Social Plugin