Langsung ke konten utama

Pemain Diaspora: cara instan Membentuk Timnas Yang Kuat?


Pemain Diaspora: cara instan Membentuk Timnas Yang Kuat? 


Pas banget nih, belakangan ini isu soal banyaknya pemain diaspora di timnas Indonesia jadi perbincangan. Ada yang ngeliat ini sebagai peluang emas buat ningkatin kualitas timnas, tapi nggak sedikit juga yang khawatir ini bakal nyisihin pemain lokal. Jadi, sebenernya gimana baiknya nih? 

Pemain diaspora ini, walaupun nggak tembus di timnas Belanda, tapi udah punya pengalaman di kompetisi elite kayak Eredivisie, Serie A, Championship, sampe MLS. Jelas banget, pengalaman mereka bikin skuad Garuda tambah gahar. 


Sebenarnya, dengan keterlibatan pemain-pemain diaspora yang mau turun tangan membantu timnas, kehadiran mereka benar-benar mengangkat level permainan secara drastis. Jujur aja, kalau hanya mengandalkan pemain lokal, melawan Timor Leste pun kadang masih kewalahan. Bertahun-tahun kita terjebak di level ASEAN, tapi sekarang, dengan bantuan pemain diaspora, muncul secercah harapan untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi. 



Tapi, nggak banyak yang sadar, jadi pemain diaspora juga bukan tanpa risiko saat memilih membela Indonesia. Salah satunya adalah mengorbankan karier mereka karena status mereka berubah menjadi pemain non-Uni Eropa setelah berganti kewarganegaraan.

Dengan batasan-batasan ini, pemain diaspora harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan tempat di klub-klubnya. Ditambah risiko cedera dan kelelahan akibat bolak-balik Eropa-Jakarta setiap kali ada panggilan timnas. Ini jadi tantangan besar dalam karier mereka.


Gue paham, banyak yang bilang naturalisasi itu kayak cuma jalan pintas. Tapi faktanya, buat ngembangin pemain lokal yang bisa bersaing di level Asia, terutama di tim senior, nggak bisa langsung selesai dalam semalam, bro! Pak Erick Thohir baru ngejabat tujuh bulan, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Semua pihak, mulai dari PSSI, klub, sampai akademi, harus komit buat bangun fondasi yang kuat. Ditambah lagi, usaha dari pemain sendiri kadang masih kurang disiplin, jadi nggak bisa cuma ngandelin satu sisi aja.


Ada pendapat dari seorang tokoh yang bilang kalau kemajuan timnas saat ini sebenarnya 'palsu' karena dibantu pemain naturalisasi, bukan lokal. Tapi, bro, siapa sih yang klaim kalo sepak bola Indonesia udah maju? Pak Erick Thohir sendiri pernah nulis di caption sosmednya beberapa waktu lalu, "ga bisa Yura, aku ga bisa diam aja ngeliat liga Indonesia peringkat 6 Asia Tenggara." Ini jelas nunjukin kalo beliau juga sadar sepakbola Indonesia belum maju, tanpa perlu diingatkan lagi!


Tapi sekarang, terutama dalam jangka pendek, kita  masih butuh kekuatan dari pemain diaspora buat ngadepin raksasa asia. Nggak bisa kalo cuma ngandelin pemain lokal. Jangan denial!


Kalo dilihat dari berbagai sisi nih, Timnas Vietnam lokalnya emang kuat parah, bahkan pernah sampai ke perempat final Piala Asia 2007. Sedangkan timnas kita, lokalnya aja masih ngos-ngosan lawan Timor Leste. Jadi inilah garis besarnya, dan alasan mengapa indo butuh diisi banyak keturunan. Soalnya lokalnya kurang mumpuni. Tapi jangan salah paham dulu, ini buat jangka pendek. Sambil tetep memperbaiki kualitas lokal yang bapuknya minta ampun, untuk program jangka panjang.


Yang terpenting, fokus dulu peluang yang ada di depan mata. Timnas udah berhasil lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia, itu bukan prestasi yang bisa diremehin. Gue yakin Pak Erick punya strategi jangka panjang buat benahin semuanya, pengembangan pemain usia dini pasti nggak bakal ditinggalin. Jadi, santai aja, siapin popcorn, dan lihat Garuda terbang makin tinggi.