Fans Tapi Nyerang? Ironi Paling Gila di JKT48
Premis utama gue sederhana:
Kalau lo ngaku fans, maka tugas utama lo adalah jadi support system. Tapi faktanya, justru banyak serangan paling nyakitin itu dateng bukan dari haters, tapi dari fans itu sendiri. Ironis. Tapi karena terlalu sering kejadian, jadi kayak dianggap normal. Dan itu masalah.
Pertama-tama, kita perlu sepakat dulu: Apa sih arti “mendukung”?
Buat sebagian orang, jadi fans itu cukup dengan beli tiket, nonton show, beli merchandise, dan hadir pas MnG. Tapi kalo menurut gue, itu baru permukaan. Dukungan sebenernya adalah soal sikap. Cara lo memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai properti yang bisa lo komentarin sesuka hati.
Masalahnya, banyak yang ngaku fans tapi justru jadi sumber luka.
Ada enam bentuk serangan yang paling sering kejadian, dan semuanya lahir dari sikap yang salah kaprah:
1. Sexual Harassment:
Banyak fans yang nganggep ini sebagai bercandaan. Komentar jorok, DM aneh, atau jokes berbau seksual dilempar kayak itu hal normal.
Tapi coba lo balik posisi. Bayangin adik lo digituin. Masih bisa ketawa?
Ini bukan sekadar soal perasaan gak nyaman. Ini soal batasan manusia. Dan ketika lo lewatin itu, lo bukan lagi fans. Lo pelaku pelecehan.
2. Hate Speech:
“Namanya juga publik figur, wajar dikritik.”
Yes, kritik itu bagian dari proses tumbuh. Tapi banyak orang gak bisa bedain mana kritik dan hinaan.
- Kritik: “Perform lo agak lemes tadi. Besok ditingkatkan lagi. Semangat ya!”
- Hinaan: “Lo gak niat, mending out!”
Dua kalimat ini kelihatannya mirip karena sama-sama nunjukin ketidakpuasan. Tapi efeknya ke mental seseorang bisa beda 180 derajat. Yang satu ngasih ruang buat berkembang, yang satu lagi ngebunuh semangat.
3. Body Shaming:
Lo boleh punya selera. Tapi ngatain tubuh orang lain bukan opini, itu serangan.
Dan yang ironis, pelakunya juga bukan manusia-manusia yang perfect.
Ini bukan cuma tentang sakit hati. Tapi bisa bikin member kehilangan rasa percaya diri, bahkan trauma. Kita yang rugi. Mereka yang harusnya bisa bersinar, malah padam karena komentar bodoh.
4. Stalking:
Ini bukan cinta. Ini obsesi. Dan obsesi bukan bentuk kasih sayang.
“Tapi gue gak ngapa-ngapain kok, cuma ngikutin doang…”
Justru itu yang serem. Gak semua bentuk kekerasan harus fisik. Ketika kehadiran lo bikin orang gak nyaman bahkan di ruang pribadinya, itu udah kelewatan.
5. Sumpah Serapah & Moral Policing:
Yang lebih nyebelin lagi, ketika hidup pribadi member diseret-seret ke ranah publik.
Contoh?
Ex-member yang disumpahin karena urusan rumah tangganya.
Atau komentar kejam ke Melody soal belum punya anak, seolah itu balasan atas “kesalahan” di masa lalu.
Serius segitunya?
- Lo punya standar moral yang gak realistis.
- Lo ngerasa berhak ngehakimi hidup orang lain, padahal lo sendiri juga gak sempurna.
6. Fitnah:
Contoh paling jelas, kasus Shani.
Gara-gara difitnah soal hubungan dengan staff, Shani sampe harus lapor polisi. Lo bayangin mental orang kayak apa kalau sampai ke level segitu.
Dan yang bikin ngeri: penyebar gosipnya ngaku fans.
“Lah, jadi gak boleh kritik dong?”
Boleh. Banget.
Tapi ini soal niat dan cara. Kritik yang baik lahir dari keinginan buat ngebantu. Kritik yang buruk lahir dari ego dan kebencian.
Dan bedanya kelihatan dari cara lo ngomong.
Dewasa Secara Umur, Tapi Gak Secara Mental
Ironinya: banyak dari pelaku semua ini bukan bocah. Mereka orang dewasa. Udah kerja. Bahkan udah ada yang punya anak. Tapi kelakuan online-nya kayak remaja baru pertama main forum. Bikin akun palsu, nyinyir tiap hari, hidup di gosip. Nge-stalk. Ngefitnah.
Lo dewasa secara umur, tapi gak secara emosi.
Kesimpulan: Jadi Fans Itu Pilihan. Tapi Sikap Lo Itu Cerminan Diri Lo.
JKT48 bukan cuma grup idol. Mereka manusia. Dan lo, sebagai fans, punya pilihan setiap hari: mau jadi support system atau jadi beban mental mereka.
Support itu bukan cuma soal beli tiket atau merchandise. Tapi soal jadi alasan mereka tetap percaya bahwa dunia ini masih punya orang baik.
Kalau lo beneran cinta JKT48, lo harusnya jadi alasan mereka kuat di atas panggung
bukan alasan mereka ngerasa pengen mundur.
.jpeg)
Social Plugin